Sejak zaman kuno, warna spanduk atau bendera telah dipersonifikasikan dengan makna tertentu. Misalnya, kain hitam dianggap sebagai tanda agresi dan ofensif, serta pernyataan perang. Putih memiliki arti yang berlawanan. Bendera semacam itu melambangkan keinginan untuk rekonsiliasi atau mengumumkan mundurnya atau menyerahnya pihak yang bertikai.
Konvensi Jenewa
Bendera adalah simbol yang berupa kain persegi panjang. Satu-satunya pengecualian adalah bendera Nepal, yang bentuknya tidak proporsional. Warna utama kanvas dipilih dengan mempertimbangkan banyak nuansa. Setiap naungan dalam hal ini memiliki interpretasinya sendiri. Bendera mencerminkan makna pembentukan suatu kelompok, gerakan atau tim, dan juga merupakan lambang utama suatu wilayah, negara atau negara bagian. Bendera putih bersifat universal, dapat digunakan oleh negara mana pun ketika situasi tertentu muncul.
Ada beberapa referensi tentang bendera putih dalam Konvensi Jenewa. Simbol ini menunjukkan penyerahan penuh. Grup di bawah bendera putih tidak boleh ditembak atau diserang. Tanda seperti itu memperingatkan bahwa orang telah meninggalkan perang dan berniat untuk berdamai dengan musuh mereka.
Selain itu, dengan bantuan bendera putih, orang-orang melaporkan ketidakberdayaan, perlucutan senjata, atau kesiapan mereka untuk negosiasi damai. Di Eropa Barat, diyakini bahwa tanda seperti itu juga berbicara tentang keinginan untuk menyerah.
Secara resmi, makna bendera putih diabadikan dalam Hukum Perang dan Damai, yang merupakan salah satu dokumen internasional terpenting dan terpenting. Simbol ini dianggap semacam persyaratan negosiasi. Konsolidasi legislatif dari ketentuan ini terjadi pada tahun 1965.
Mengapa putih adalah simbol penyerahan?
Penyebutan pertama bendera putih sebagai simbol rekonsiliasi dapat ditemukan dalam sumber-sumber 100-an SM. Pada saat ini, tanda-tanda seperti itu digunakan selama penyerahan pasukan Jepang dan Romawi. Berkat orang-orang inilah bendera putih mulai digunakan sebagai tanda rekonsiliasi di seluruh dunia.
Putih tidak dipilih secara kebetulan. Faktanya adalah bahwa keuntungan utamanya adalah visibilitas. Kain seputih salju terlihat jelas dari hampir semua jarak. Nuansa yang lebih gelap dapat diabaikan bahkan dari dekat, terutama di lingkungan yang eksplosif, berdebu, dan militer. Selain itu, putih melambangkan kebaikan, kejujuran dan kepolosan.
Awalnya, orang-orang melaporkan keinginan untuk menghentikan permusuhan dengan mengangkat tangan, sementara tentara Romawi menutupi kepala mereka dengan perisai. Jika salah satu pihak memperhatikan bendera putih, tetapi tidak menghentikan tembakan, maka tindakan ini tidak hanya dianggap sebagai kejahatan, tetapi juga pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Di beberapa negara, bendera putih digunakan sebagai atribut untuk hari raya. Simbol besar menjulang di alun-alun pusat kota dan melambangkan perdamaian dunia.