Produk karet dan yang terbuat dari karet seringkali sangat mirip: memiliki kerapatan, tekstur, dan sifat fisik yang hampir sama. Namun, bahannya sendiri pada dasarnya berbeda.
Karet mulai digunakan pada tahun 1823 sebagai impregnasi untuk jas hujan, yang ditemukan oleh C. Mackintosh.
Karet
Ada dua jenis bahan baku: alami dan buatan. Karet alam diperoleh dari getah tanaman karet yang tumbuh di Amerika Latin, dan ini termasuk jenis pohon berikut:
- hevea;
- ficus karet;
- varietas landolphia.
Karet buatan disebut sintetis. Ini didasarkan pada sintesis isoprena dan butillitium menggunakan katalis kimia. Dalam produksi karet sintetis, turunan minyak bumi juga digunakan sebagai pelarut. Ini pertama kali diterima pada tahun 1920, dan pada tahun 1931 memulai produksi serial pada skala industri. Saat ini, ada jenis karet sintetis berikut:
- stirena butadiena;
- polibutadiena;
- poliisoprena;
- karet butil;
- etilen-propilena;
- kloroprena;
- butadiena - nitril.
Karet
Karet diperoleh dengan memvulkanisir karet dan menambahkan berbagai elemen kimia yang dirancang untuk meningkatkan kekuatan material. Karet pertama kali muncul pada tahun 1839 melalui vulkanisasi di bawah pengaruh belerang pada karet, di mana struktur jaringan diperkuat pada tingkat molekuler.
Saat mensintesis karet dengan menggunakan karet sintetis, diperoleh bahan yang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap media agresif, seperti:
- cairan dengan kandungan oktan tinggi (bensin, minyak tanah);
- produk minyak bumi olahan (berbagai jenis minyak).
Juga, karet memiliki karakteristik yang jauh lebih baik dalam kaitannya dengan tekanan mekanis dari faktor eksternal. Ini memiliki struktur yang jauh lebih padat dalam kaitannya dengan karet, karena itu telah menyebar luas di semua sektor ekonomi nasional.
Karena asal buatannya, karet tahan terhadap berbagai pengaruh atmosfer. Antara lain, ia memiliki sifat dielektrik. Tetapi perbedaan utama antara karet alam dan buatan dari karet adalah peningkatan plastisitas massa karet. Ini secara khusus ditambahkan ke karet selama produksi untuk menambah fleksibilitas dan keuletan. Karet murni hampir tidak pernah digunakan karena kekuatannya yang rendah, tetapi ketika ditambahkan ke karet, diperoleh bahan yang sangat kuat dan tahan aus.