Institusi sosial penjaga tempat tidur atau kasim tampaknya manusia modern menjadi barbarisme yang nyata. Namun, fenomena ini tersebar luas pada tahap sejarah tertentu.
Siapa kasim?
Kata "sida-sida" dalam terjemahan dari bahasa Yunani berarti "penjaga tempat tidur." Bertentangan dengan pendapat yang tersebar luas saat ini, kasim tidak kehilangan penis, tetapi testis. Dalam kondisi tertentu, kasim mempertahankan kemampuan untuk mengalami gairah seksual, yang memungkinkan mereka untuk berhubungan seks. Tetapi mereka tidak dapat memiliki anak dalam keadaan apa pun. Inilah yang harus diperhatikan sebagai alasan utama dari prosedur pengebirian. Para penguasa dan bangsawan sama-sama melepaskan diri dari ancaman kelahiran anak haram, menjaga kemurnian darah. Kasim paling sering menjaga harem tuannya, menertibkan di sana, menangani masalah organisasi, adalah satu-satunya pria di wilayahnya. Pekerjaan mereka dibayar dengan murah hati, dan risiko memiliki ahli waris ilegal dari salah satu istri atau selir berkurang menjadi nol.
Pengebirian sukarela dan paksa
Laki-laki menjadi kasim baik di bawah tekanan maupun secara sukarela. Banyak keluarga miskin memberikan putra mereka untuk layanan ini. Pengebirian di masa kanak-kanak agak lebih mudah dialami, karena para pemuda tidak sepenuhnya menyadari apa yang hilang dari mereka. Restrukturisasi hormonal tubuh pada masa remaja terjadi secara berbeda, tubuh dibangun kembali dalam keadaan yang berubah, mendapatkan pound ekstra. Para kasim sukarela semacam itu dengan murah hati dihargai oleh para penguasa yang merekrut mereka. Seiring waktu, mereka bisa mencapai posisi yang sangat tinggi. Di sebagian besar negara timur, kasim bisa menjadi penasihat keuangan, pemimpin militer, pejabat.
Ada juga pengebirian paksa. Di Cina, misalnya, musuh yang ditangkap akan dikebiri. Dalam hal ini, prosedur ini memiliki dua arti sekaligus. Pertama, kebiri mempermalukan musuh, dan kedua, kesucian bangsa tetap terjaga, karena musuh yang dikebiri tidak bisa lagi menjadi ayah, "memanjakan" silsilah para pemenang.
Dalam beberapa kultus agama, pengebirian dilakukan sebagai semacam pengorbanan kepada dewa. Biksu kasim dengan cara yang sama menyangkal semua pikiran kedagingan, pikiran berdosa dan menyerahkan dirinya sepenuhnya pada pelayanan keagamaan.
Lembaga kasim itu sendiri muncul di antara orang Persia, Asyur, dan Bizantium, dan tidak lama kemudian menyebar luas di Cina. Di Cinalah para kasim membentuk kasta yang nyata dan kokoh yang menolak setiap pria pemberani yang melanggar hak istimewa mereka. Orang Persia dan Asyur selalu memiliki sikap yang agak menghina terhadap kasim, para pejuang yang kejam memperlakukan mereka tanpa setetes pun rasa hormat.